Seorang wanita muda tersenyum memamerkan sederet gigi kawatnya, wajahnya
manis dengan balutan busana dan jilbab yg menghiasi wajahnya “siapa wanita
dalam foto itu?” Seharusnya perkataan itu aku ucapkan padamu, tapi entah
mengapa pertanyaan itu selalu dihadang
tembok besar dan mulutku terbebebani ribuan kilogram saat akan mengucapkannya. Ahh
aku tersedak dengan kalimatku sendiri terus dan tetap tertahan. Sampai kapan?-
entahlah. Pergumulanku dengan penuh tanda tanya dalam mimpi yang pada akhirnya
membangunkanku dalam kehidupan nyata.
Diluar tak ada cahaya mentari, gelap, dingin dan sesekali terasa mencekam. Ahh
sepertinya hanya aku sj yang merasakannya, terhantui oleh perasaan gelisah dan
tanda tanya..
Siapa dia??
---------
Kekasihnya!!!
Kau tau rasanya kecewa? Rasanya seperti menikmati ampas kopi yang telah
mengering. Atau segumpal nasi di tempat sampah. Sesuatu yang harusnya terbuang
tapi tetap kau coba nikmati. Mungkin seperti itu rasanya menelan kekecewaan
secara bulat-bulat. Lantas siapa aku di matamu? Yahh seorang gadis yang penuh
dengan kebodohan.
Sudahlah tak perlu kau tahu perihal tentang kekasihmu itu , kau hanya perlu
tahu aku kecewa. Aku berterima kasih
pada tuhan telah membangunkanku dalam mimpi buruk. Namun aku tetap berharap
pada tuhan bahwa ini hanya mimpi buruk dan aku akan terbangun dengan
kebahagiaan yang sesungguhnya.
Liku Kehidupan
Jumat, 05 Desember 2014
Untuk Kamu
Selamat
malam, selamat pagi, selamat siang dan selamat sore teruntuk kamu yang mungkin
saat ini tengah sibuk hingga tak ada waktu bagi kita untuk bercanda atau hanya
sekedar menyapa... Aku tak tau harus kemana lagi bercerita saat tak ada orang
yang mau mendengar apa itu kata cinta yang kusam.
Bagiku
cinta yang kusam adalah saat kita merasakan cinta itu sendiri. Bagaimana dengan
hati? Entahlah aku tak tahu yang pasti hingga saat ini masih kamu masih nomor
satu menempati hati dan pikiranku. Egoiss
jika itu hanya kamu yang mengambil alih semua perhatianku, tapi aku senang
karna itu yang kamu mau.
Untuk rasa yang telah aku punya, saat
aku tengah merindukanmu, aku hanya tenggelam pada penyesalan mungkin aku dari
sekian ratusan bahkan ribuan manusia yang mengalami hal ini, merindukanmu dalam
kesendirian, kau tahu aku menyesal.
Harusnya aku tak ingin menyesali
ini, tapi entah dari mana penyesalan itu selalu datang tiba-tiba. harusnya aku
meminta maaf kepadamu, tapi entah mengapa kata maaf itu selalu dihadang ketakutanku.
Aku hanya tak tahu bagaimana harus
menyampaikan rindu ini padamu, sementara kemelut antara kita berdua belum juga
reda. Ahhh... aku rindu masa itu, bercanda, tertawa, marah bahkan kadang-kadang
kosong.
Ah, aku rindu kamu. Aku rindu kita.
Aku rindu kamu. Sepekat ampas kopi yang mengendap di dasar gelas-gelas kopi. Setebal ingatan yang mengukung kepala. Sebanyak debar yang menggema di dalam dada.
Aku rindu kamu. Sesederhana itu.
Ah, aku rindu kamu. Aku rindu kita.
Aku rindu kamu. Sepekat ampas kopi yang mengendap di dasar gelas-gelas kopi. Setebal ingatan yang mengukung kepala. Sebanyak debar yang menggema di dalam dada.
Aku rindu kamu. Sesederhana itu.
Senin, 01 Desember 2014
Hujan dan Kerinduan
Pagi tadi matahari sempat menghangatkan tubuhku melalui
cela2 jendela. Membangunkanku dengan dekapan hangat, aku pikir itu kamu rasanya
sangat nyaman. Entah dalam hitungan ke berapa tak ada lagi cahaya, redup,
dingin seakan menjadi kawan di pagi ini. Akhhh mendung... aku ingin metari pagi
agar dapat mengingatmu. Rindu, mungkin ini caraku merindumu.
Jika saja aku dapat melumpuhkan jarak,maka rindu pun tak
akan berarti. Perkara merindu sering terasa sulit, seperti pagi yang tak
tersinar mentari. Dan kali ini hujan, maka rindu berhenti disini. Ahh aku
seperti terlalu dalam dalm merindumu, tapi tidak kah kau senang syang??
Jarak jarak jarak jarak. Rindu rindu rindu, kamu kamu dan kamu.
aku ulangi kata2 itu hingaa tak berarti. Pagi yang amat getir, Semoga saja
merindumu tak sepahit meminum kopi arabika atau robusta.
MULUT MERCON, katamu
"Maaf ya, kalau nanti aku gak bisa ngomong banyak sama kamu. Semalam
suaraku pergi. Dan hingga malam ini, dia belum juga kembali. Semoga
hanya sebentar pergi. Agar lusa aku bisa cerewet lagi..."
Kepada kamu, kata-kata ini ingin aku ucapkan. Sebenarnya, aku tak mempermasalahkan penilaianmu yang satu itu. Justru menjadi lucu, ketika suatu saat dalam perbincangan kita, kau tiba-tiba meledek ku, "cerewet banget sih,dasar mulut mercon". aku terdiam, befikir, lantas mengulangi kata itu dengan seulas senyum yang tak pernah kau lihat "mulut mercon??"lucu.
Aku menyukai caramu memperlakukanku. Menjadi seseorang yang begitu setia mendengar setiap kisah. Tersenyum dan tertawa ketika terselip hal lucu, alismu pasti bertautan ketika sampai pada ucapanku yang membingungkan dan tak jarangkau menertawaiku. Menurutku dirimu adalah pendengar yang baik ketika hidupterlalu sering menawarkan pengabaian dan kesepian.
Tak jarang kau juga mengabaikanku ketika tatapanmu tertuju pada layar kaca,dan sangat sering pula kau memarahiku jika aku melakukan sesuatu yang tak kausuka.
Tapi aku menyukai caramu setelah itu. Dengan banyak kata, kau kembali memarahiku mengatakan aku adalah wanita yang tidak peka dan selalu membuatmu marah. aku mencoba menata hati tak pernah ingn membuatmu marah namun tetap saja jarak akan selalu membuat kita berada dalam masalah. iya, semua masalahan ada dapa jarak. kau tak pernah tahu ekspersiku saat itu dan begitu juga aku. biarlah setidaknya kau tak akan melihat bulir air mata yang aku tahan disitu, dan memang tak perlu kau tahu. cukup aku yang merasakan.
Ada beberapa hal yang dapat aku pelajari selama ini darimu, tentang bagaimana seharusya aku memperlakukan diriku kepadamu, tentang bagaiman seharusnya aku menjaga kesabaran dan tentang bagaimana seharusnya aku tak se-cerewet ini padamu. Dengan suara lirih aku berkata, "Jangan cemas, ini hanya permainan waktu".
Aku menyukaimu sejak itu.
Aku tak pernah berlebihan memaknai hadirmu. Yang kutahu, aku selalu mencintaimu dalam setiap ketidak tahuanmu.
Kepada kamu, kata-kata ini ingin aku ucapkan. Sebenarnya, aku tak mempermasalahkan penilaianmu yang satu itu. Justru menjadi lucu, ketika suatu saat dalam perbincangan kita, kau tiba-tiba meledek ku, "cerewet banget sih,dasar mulut mercon". aku terdiam, befikir, lantas mengulangi kata itu dengan seulas senyum yang tak pernah kau lihat "mulut mercon??"lucu.
Aku menyukai caramu memperlakukanku. Menjadi seseorang yang begitu setia mendengar setiap kisah. Tersenyum dan tertawa ketika terselip hal lucu, alismu pasti bertautan ketika sampai pada ucapanku yang membingungkan dan tak jarangkau menertawaiku. Menurutku dirimu adalah pendengar yang baik ketika hidupterlalu sering menawarkan pengabaian dan kesepian.
Tak jarang kau juga mengabaikanku ketika tatapanmu tertuju pada layar kaca,dan sangat sering pula kau memarahiku jika aku melakukan sesuatu yang tak kausuka.
Tapi aku menyukai caramu setelah itu. Dengan banyak kata, kau kembali memarahiku mengatakan aku adalah wanita yang tidak peka dan selalu membuatmu marah. aku mencoba menata hati tak pernah ingn membuatmu marah namun tetap saja jarak akan selalu membuat kita berada dalam masalah. iya, semua masalahan ada dapa jarak. kau tak pernah tahu ekspersiku saat itu dan begitu juga aku. biarlah setidaknya kau tak akan melihat bulir air mata yang aku tahan disitu, dan memang tak perlu kau tahu. cukup aku yang merasakan.
Ada beberapa hal yang dapat aku pelajari selama ini darimu, tentang bagaimana seharusya aku memperlakukan diriku kepadamu, tentang bagaiman seharusnya aku menjaga kesabaran dan tentang bagaimana seharusnya aku tak se-cerewet ini padamu. Dengan suara lirih aku berkata, "Jangan cemas, ini hanya permainan waktu".
Aku menyukaimu sejak itu.
Aku tak pernah berlebihan memaknai hadirmu. Yang kutahu, aku selalu mencintaimu dalam setiap ketidak tahuanmu.
Langganan:
Postingan (Atom)